10 perusahaan yang mengelola tambang batubara di Indonesia

Perusahaan yang mengelola tambang batubara diIndonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilisdata produksi batu bara kuartal I 2021. Dari Januari hingga Maret 2021, jumlahtotal batu bara yang ditambang dari seluruh pedalaman bumi di Indonesia mencapai 144 juta ton. Pandemi Covid -19 tidak memperlambat produksi dan konsumsi batubara. Akhir-akhir ini, baik di pasar domestik maupun pasar ekspor, peningkatan output tidak terlepas dari manisnya harga komoditas emas hitam. Menurut laporan Kontan, akhir pekan lalu, harga kontrak batu bara ICE Newcastle pada Juli 2021 melampaui US$131 per ton. Dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu, angka ini melonjak 63,75%. 

Harga ini juga merupakan level tertinggi harga batu barasejak Januari 2011. Tren positif di pasar batu bara diperkirakan akan terusberlanjut hingga akhir tahun ini. Jabatan teratas saat ini ditempati oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC), perusahaan pertambangan batu bara milik Grup Bakrie. Keluarga perusahaan itu juga memiliki saham di raksasa batu bara lainnya, PT Arutmin Indonesia. 

Baik KPC maupun Arutmin menggali batu bara terutama di pulauKalimantan. Di posisi kedua ada PT Adaro Indonesia yang ekuitasnya dimilikioleh Garibaldi Thohir, saudara Menteri BUMN Erick Thohir. Berikut daftar 10 perusahaan batu bara dengan output terbesar pada kuartal pertama tahun 2021: 

  1. 1. PT Kaltim Prima Coal  
  2. 2. PT Adaro Indonesia  
  3. 3. PT Kideco Jaya Agung  
  4. 4. PT Borneo Indobara 
  5. 5. PT Berau Coal  
  6. 6. PT Bara Tabang  
  7. 7. PT Arutmin Indonesia  
  8. 8. PT Bukit Asam  
  9. 9. PT Multi Harapan Utama  
  10. 10. PT Ganda Alam Makmur 

Kejar Target 

Masih mengutip Kontan, Direktur Bina UsahaBatubara Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, pencapaian ini setaradengan 23% dari target produksi yang ditetapkan tahun ini. “Pada kuartal I 2021, produksi batu bara mencapai 144 juta ton atau 23% dari target produksi 625 juta ton,” kata Sujatmiko. Sebagai acuan, target awal produksi batu bara adalah 550 juta ton. Namun, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 66.K/HK.02/MEM.B/2021 (Kepmen) ESDM tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor 255.K/30/MEM/2020 Menteri Energi dan Mineral Sumber Daya pada 2021 Pemenuhan kebutuhan batu bara domestik akan menambah kuota sebesar 75 juta ton. 

Dengan keputusan ini, produksi batu bara yang semula 550juta ton menjadi 625 juta ton. Pada saat yang sama, produk tersebut digunakanuntuk kegiatan ekspor. Namun, Sujatmiko tidak merinci lebih lanjut kontribusi produksi dari 10 perusahaan tersebut. Menurut catatan Kontan, PT Kaltim Prima Coal memproduksi 14,5 juta ton pada kuartal I 2021. Output PT Adaro Indonesia sebesar 10,8 juta ton, sedangkan output PT Kideco Jaya Agung sebesar 9,2 juta ton. Hingga Mei 2021, total produksinya bahkan mencapai 15,1 juta ton. Sementara itu, produksi PT Arutmin Indonesia pada triwulan I 2021 sebesar 5 juta ton, dan PT Bukit Asam sebesar 4,5 juta ton. 

Harga Batubara  

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo dalam laporanriset yang dipublikasikan menyebutkan bahwa kenaikan harga batubara akanbersifat sementara, dan harga batubara kemungkinan mulai turun setelah akhir kuartal kedua tahun 2021. Hal ini terutama disebabkan oleh faktor-faktor seperti fokus China untuk meningkatkan produksi batubara setelah epidemi, rencana untuk mencabut larangan impor batubara dari Australia, meningkatkan kapasitas transportasi kereta api batubara, dan memperbaiki kondisi logistik seiring dengan pemulihan cuaca secara bertahap. Normal. Thomas memperkirakan produksi batubara termal China tahun ini akan meningkat 63 juta ton, sehingga total pasokan China menjadi 3,21 miliar ton. Namun, karena lonjakan permintaan dan gangguan pasokan China baru-baru ini, Thomas memperkirakan impor batu bara China tahun ini hanya akan turun 2,4% menjadi 200 juta ton. 

Di sisi lain, banjir di China memicu permintaan batubaratermal dan mengganggu pasokan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan ketinggianair Sungai Yangtze naik sehingga mengganggu operasional pembangkit listriktenaga air (PLTA). Situasi ini mempertahankan permintaan pembangkit listrik tenaga batubara termal. Selain itu, angin topan dan curah hujan yang lebih tinggi mengganggu produksi batu bara China, yang menyebabkan ketatnya pasokan, yang awalnya disebabkan oleh larangan impor batu bara Australia. Dipengaruhi oleh ini, persediaan pelabuhan batubara di Qinhuangdao perlahan turun 7,9% dari titik tertinggi di bulan Maret (5,5 juta ton) menjadi 5,04 juta ton saat ini.